Sabtu, 10 September 2016

BMC, Mutiara dari Sumatera

Standard
MANGROVEMAGZ. Hai Magzrover! Pulau Sumatera menyimpan mutiara. Bukan mutiara biasa, melainkan sosok organisasi penyelamat mangrove yang berbasis mahasiswa di bawah Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Sepak terjangnya tak bisa dikatakan biasa, karena telah berhasil memberikan contoh yang baik kepada masyarakat di sana, mengenai arti pentingnya mangrove. Penasaran? Berikut ini, hasil wawancara Ganis Riyan Efendi melalui email, dengan mereka.
Apakah singkatan dari BMC Riau? 

Sejak kapan BMC Riau berdiri?
BMC berdiri pada tanggal 2 Desember 2009.

BMC Riau ini di bawah jurusan Ilmu Kelautan UNRI, ya? Benarkah?
Iya, BMC berdiri dibawah Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Riau (UR). Kedudukan kami ada di kampus FAPERIKA di gedung Marine Center, kampus Bina Widya Panam dan satu lagi di kampus Marine Station kota Dumai, provinsi Riau.

 
BMC berbincang di radio. (Foto: BMC).

Apa saja program kerja BMC Riau?
BMC mempunyai program kerja internal dan eksternal.
Internal meliputi:
1. PKBMC (Pengukuhan Kepengurusan BMC) untuk mengukuhkan kepengurusan BMC yang baru.
2. ROKER (Recrutment of Belukers) untuk penerimaan CAKAP (Calon Belukap).
3. DIKSAROVE (Pendidikan Dasar Mangrove) untuk pembekalan dasar mangrove serta pelantikan Beluker Baru.
4. RDT (Rancangan Dwi Tahunan) untuk musyawarah anggota dan pergantian kepengurusan.
5. MILAD BMC untuk mempringati hari berdirinya BMC, pada tanggal 2 Desember, tiap tahunnya.
6. PDM (Pengalaman dari Mangrove) untuk berbagi pengalaman dan informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan ekosistem mangrove.
Eksternal meliputi:
1. PENGSIR (Penghijauan Pesisir) untuk seminar, pelatihan, penyuluhan dan penanaman mangrove.
2. CE (Coastal Education) untuk seminar, pembibitan, penyuluhan, dan penyulaman mangrove.
3. GBPL (Gerakan Bersih Pantai dan Laut).
4. BGTS (Belukers Go To School) untuk mengkampanyekan ekosistem mangrove ke tingkat sekolah-sekolah.
5. BENING (Beluker Monitoring) untuk studi, wisata dan mendokumentasikan ekosistem mangrove di beberapa tempat.
6. RM (Riset Mangrove) untuk penelitian mangrove yang dilaksanakan oleh Belukers.

Berapa orang anggota BMC Riau, saat ini?
Anggota yang aktif 31 orang, semuanya aktif.

 
Pengukuhan kepengurusan baru BMC oleh pihak kampus UR. (Foto: BMC).

Menurut BMC, mengapa mangrove di Riau wajib dilestarikan. Ada ancaman apa?
Melihat provinsi Riau memiliki wilayah pesisir dan ekosistem mangrove di beberapa kabupaten, namun ekosistem mangrove ini sudah banyak yang rusak karena alih fungsi lahan, maka dari itu kami hadir untuk mensosialisasikan dan melakukan aksi untuk lingkungan hidup.

Apakah BMC sudah pernah melakukan sosialisasi kebijakan mangrove di Riau?
Sejauh ini sudah, melalui program eksternal yang ada pada AD/ART BMC.

Apakah visi dan misi BMC dalam melestarikan mangrove?
Visi BMC, yaitu sebagi pusat kegiatan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Riau dalam bidang konservasi, rehabilitasi, kampanye serta studi eksosistem mangrove. Misinya adalah:
1. Meningkatkan keahlian dan potensi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dalam bidang konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove.
2. Mengkampanyekan ekosistem mangrove kepada mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan, Universitas Riau khususnya dan masyarakat luas secara umum.

Apa yang membuat BMC berbeda dengan organisasi mangrove lainnya?
Organisasi BMC bergerak untuk menunjang keilmuan mahasiswa Ilmu Kelauatn yang akan menumbuhkan jiwa yang cinta lingkungan, khususnya untuk ekosistem mangrove. Organisasi BMC sebuah club study di bawah jurusan Ilmu Kelautan yang dimana memiliki Pembina, yang juga berdasarkan dari dosen Ilmu Kelautan.

 
Belajar pemetaan mangrove bersama BMC. (Foto: BMC).

Apakah BMC punya tokoh pejuang/organisasi mangrove panutan? Kenapa?
Ada Bapak Darwis dari Pecinta Alam Bahari (PAB) kota Dumai karena sudah memberikan pemahaman serta sudah berbuat banyak terhadap penyelamatan ekosistem mangrove yang berada di Dumai.

Bagaimana kondisi mangrove di Riau saat ini? Bagaimana tingkat keanekaragaman hayatinya? Adakah jenis flora dan fauna yang terancam keberadaannya?
Kondisi mangrove dikatakan rusak karena banyak dialih fungsi lahan menjadi sawit dan ditebang menjadi kayu arang. Keanekaragamannya sangat baik, memiliki mangrove sejati dan mangrove asosiasi. Sejauh ini, belum mendapatkan mana flora dan fauna yang terancam karena makrozoobentos, kera dan biawak masih banyak terlihat dan burung-burung juga masih banyak yang bermigrasi ke ekosistem mangrove yang ada di provinsi Riau.

Selain berkampanye, dengan cara apa lagi BMC berjuang menyelamatkan mangrove di Riau?
Melakukan aksi nyata, seperti menjalani agenda program kerja eksternal BMC.

 
Selain menanam mangrove, BMC juga aktif kampanyekan mangrove kepada khalayak umum di Riau. (Foto: BMC).

Apakah BMC memiliki program atau produk mangrove andalan? Apa saja, bisa dijelaskan?
Sirup dan dodol dari Soneratia alba dan Keripik Jeruju. Hanya itu saja sejauh ini.

Bermitra dengan siapa saja BMC dalam menyelamatkan mangrove di Riau?
Dengan intansi terkait yang menaungi permasalahan ekosistem mangrove ini. Kalau NGO itu, dengan Yayasan Mitra Insani dan LSM TEGAS Kepulauan Meranti provinsi Riau dan Kelompok Mangrove Muara Bimbai, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Bagaimana tanggapan pihak kampus dengan kehadiran BMC di UNRI? Apakah kampus memberikan dukungan penuh? Mengapa?
Tanggapannya sangat baik karena menunjang keilmuan mahasiswa Ilmu Kelautan dan mereka memberikan dukungan terhadap BMC, baik itu secara moral dan moril, serta kami juga saling bertukar pikiran dengan pihak kampus akan pentingnya menjaga eksosistem mangrove tersebut.

Apa saja kendala yang dihadapi BMC dalam menyelamatkan mangrove di Riau?
Kendala pertama kami adalah sebagai mahasiswa, yaitu waktu dan anggaran dana ketika ingin berkegiatan.

Siapa saja stake holder mangrove yang aktif dalam pengelolaan mangrove di Riau? Bisa dijelaskan nama, fungsi dan perannya? Dimana posisi BMC?
Stake holder mulai dari KKMD, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan dan Kelautan.

 
Rapat suksesi kepengurusan BMC. (Foto: BMC).

Bagaimana solusi BMC menghadapi segala kendala yang dihadapi?
Untuk solusi menghadapi segala kendala, pertama kami harus membina hubungan dan komunikasi kepada orang-orang atau LSM yang bergerak di bidang lingkungan. Kami melakukan sharing ketika mendapatkan solusi dari mitra BMC. Kami juga sharing dengan Pembina. Sejauh ini, kendala hanya di waktu kami sebagai mahasiswa. Dan, kami kedudukannya sekarang di kota Pekanbaru, bukan di Dumai. Jadi, kendala jarak untuk turun ke lapangan itu menjadi suatu kendala utama.

Apa saja prestasi dan pencapaian BMC selama ini?
Sejauh ini prestasi masih sedikit.

Apakah BMC masih memiliki program kerja yang belum terlaksana, namun ingin diwujudkan dalam waktu dekat? Bisa dijelaskan?
Sejauh ini semua terlaksana, baik itu program kerja internal maupun eksternal karena kepengurusan kami 1 periode 2 tahun.

 
Apa harapan BMC untuk masa depan mangrove di Riau pada khususnya dan Indonesia pada umumnya?
Sesuai dengan slogan kami, Biru Lautku Hijau Pesisirku, kami ingin mangrove dapat hidup dengan keanekaragaman yang baik, tidak ada eksplotasi secara berlebihan. Kami harus menjaga kelestarian ekosistem mangrove untuk anak cucu kita. Dan, harapan paling utama, lambat laun masyarakat akan sadar apa manfaat ketika ada ekosistem mangrove tersebut sehingga tidak menyesal seperti sekarang yang ada di pulau Rangsang di desa Kedabu Rapat kepualuan Meranti yang bisa dikatan 20 tahun lagi akan bisa tenggelam pulau tersebut.

 
Inilah Belukers, Biru Lautku Hijau Pesisirku! (Foto: BMC).

Apa pesan BMC kepada generasi muda Indonesia, agar bisa berkiprah dan menebar inspirasi cinta mangrove seperti BMC?
Kalau bukan kita, siapa lagi? Dan, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Sudahi kongkow-kongkow tidak jelas. Lebih baik kita menikmati alam ini yang telah diberikan Tuhan dan mari kita jaga untuk keberlangsungan anak cucu kita, khususnya untuk menjadi pejuang mangrove. Lumpur yang kita pijakkan itu, bukan lumpur kesengsaraan ketika kita terjebak di dalam lupur tersebut, namun jadikan ketika kita beraksi di lumpur mangrove dan menanam mangrove. Yakinlah, semua apa yang kita niatkan untuk keberlangsungan lingkungan hidup dalam penyelamatan ekosistem mangrove, maka yang kita rasakan itu kedepannya bukan sekarang.


Sumber : http://mangrovemagz.com/

0 komentar:

Posting Komentar